JAKARTA, JPI – Direktur Utama PT Jababeka Tbk. (KIJA), Setyono Djuandi Darmono, mengungkapkan adanya lonjakan minat investasi dari perusahaan asal China pasca kebijakan Tarif Trump diberlakukan. Sejak awal 2025, Jababeka mencatat semakin banyak perusahaan Tiongkok dan Asia Timur yang melakukan kunjungan serta penjajakan investasi.
“Kebijakan tarif Amerika Serikat mendorong strategi China+1. Indonesia—termasuk Jababeka—menjadi tujuan relokasi utama,” kata Darmono, seperti dikutuip bisnis.com.
Menurutnya, perusahaan yang tengah melirik Indonesia terutama bergerak di sektor energi, kendaraan listrik (EV), elektronik, hingga logistik. Jababeka berupaya menangkap peluang ini lewat pengembangan proyek di beberapa kawasan industri strategis.
Di Cikarang, Jababeka tengah menggarap transformasi kawasan menuju metropolitan modern yang terintegrasi dengan Jakarta. Sementara itu, di Kendal dan Batang, perusahaan menyiapkan kawasan industri untuk menampung investasi padat karya dan ekosistem EV, didukung infrastruktur Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan biaya industri kompetitif di Jawa Tengah.
Selain industri, Jababeka juga menggarap sektor pariwisata. KEK Tanjung Lesung diproyeksikan menjadi destinasi wisata maritim internasional, ditopang pembangunan jalan tol sepanjang 89 km yang segera rampung serta lapangan terbang perintis. Sedangkan di Morotai, perusahaan menyiapkan pengembangan kawasan pariwisata dan perikanan tangkap sebagai langkah awal menuju pusat logistik internasional untuk Indonesia Timur.
“Jababeka kini tidak lagi hanya identik dengan kawasan industri Cikarang, melainkan ekosistem nasional. Kendal–Batang menjadi pusat industri padat karya dan EV, Cikarang metropolitan kelas dunia, Tanjung Lesung destinasi maritim, dan Morotai sebagai hub logistik internasional,” ujar Darmono.
Lonjakan minat perusahaan Tiongkok ini tidak lepas dari kebijakan tarif baru AS. Negeri Paman Sam menetapkan bea masuk sebesar 19% untuk produk asal Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand, sementara Vietnam dikenakan 20%. Produk asal China justru lebih berat dengan tarif di atas 30%. Kondisi tersebut membuat Indonesia menjadi lokasi yang lebih menarik berkat pasar domestik yang besar dan posisi sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Reuters sebelumnya melaporkan, sejumlah konsultan lahan industri di Jakarta menerima banyak permintaan dari perusahaan China untuk ekspansi ke Indonesia. “Kami rapat dari pagi hingga malam,” ungkap Gao Xiaoyu, pendiri PT Yard Zeal Indonesia, yang mengaku kewalahan meladeni permintaan investor asal Negeri Tirai Bambu.